Posted by | Posted on 10.42
10 Resep Sukses Bangsa Jepang
by juliantoro1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah  pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450  jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun),  Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680  jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil  dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk  membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan  bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.  Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di  Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak  dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang  malam (tepatnya pagi  ), membuat mahasiswa nggak enak pulang  duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di  Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras  inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
 ), membuat mahasiswa nggak enak pulang  duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di  Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras  inilah sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa  Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi  ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran.  Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena  “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang  terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek  negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri,  karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang  Jepang  lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi  di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana mereka  secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang  membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton  sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di  stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu  terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma  yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam  keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai  bidang kehidupan. Di masa awal mulai  kehidupan di Jepang, saya sempat  terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di  supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata  sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong  harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup.  Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul  20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda  menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau  30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena  tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk  bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas  ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi,  padahal sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya  ternyata satu, minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor  Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan  mahasiswa-mahasiswanya.
4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan  berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di  Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah  pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai  pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan  hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik  sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan. Kota  Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang  sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat. Loyalitas  penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya  komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah  Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri  terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang  mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian  memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik  membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda  itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh  perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan  membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama  puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu.  Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan  jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan  kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya  dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa  mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.  Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah  dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar. Perusahaan  Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita”  (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan  ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif  untuk meniru teknik pembuatan roti dari sheef di Osaka International  Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk  Matsushita yang terkenal itu.
6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa  yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah  kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang  sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin)  datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner.  Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak  hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu,  bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk  Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi,  maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita  Rentetan bencana terjadi di tahun 1945,  dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah  perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo.  Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang  sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat  (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita  Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari  bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai  dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di  era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika  menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain.  Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup  unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini  mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).  Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini
  Rentetan bencana terjadi di tahun 1945,  dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah  perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo.  Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang  sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat  (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita  Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari  bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai  dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di  era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika  menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain.  Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup  unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini  mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).  Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini  
 
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke  densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak  maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau  berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak  penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk  materi-materi  kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun  SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik  yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas  masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang  Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku  asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda  penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring  dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman  modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam  beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Saya biasa membeli buku  literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya lebih murah daripada  buku asli (bahasa inggris).
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi  kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil  pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena  ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya  juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam  bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan  terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan  kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor  Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang  berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi”  adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan  dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri.  Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien)  di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento  (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol  besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak  dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab  terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah  hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen  seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time  untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang,  mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di  bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat  bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang  sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.  Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari  anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget  kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini  orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat  tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan  dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang  Pertanian merupakan tradisi leluhur dan  aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand  dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang  untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan  pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk  beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia  pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di  dunia.
  Pertanian merupakan tradisi leluhur dan  aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand  dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang  untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan  pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk  beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia  pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di  dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya  rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang  diatas, hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang  mahasiswa Indonesia termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan  mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga memenangkan berbagai award  berlevel internasional. Saya yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat  Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama  mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan terakhir  kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.

 
 
bagussss lah.... infonya